legenda Timun Mas
sumber : www.lokerseni.web.id/2012/01/cerita-rakyat-timun-mas.html?m=1
Cerita Rakyat Jawa Tengah
Pada zaman dahulu, hiduplah sepasang suami istri petani.
Mereka tinggal di sebuah desa di dekat hutan. Mereka hidup bahagia.
Sayangnya mereka belum saja dikaruniai seorang anak pun.
Setiap hari mereka berdoa pada Yang Maha Kuasa. Mereka
berdoa agar segera diberi seorang anak. Suatu hari seorang raksasa
melewati tempat tinggal mereka. Raksasa itu mendengar doa suami istri
itu. Raksasa itu kemudian memberi mereka biji mentimun.
“Tanamlah biji ini. Nanti kau akan mendapatkan seorang anak
perempuan,” kata Raksasa. “Terima kasih, Raksasa,” kata suami istri
itu. “Tapi ada syaratnya. Pada usia 17 tahun anak itu harus kalian
serahkan padaku,” sahut Raksasa. Suami istri itu sangat merindukan
seorang anak. Karena itu tanpa berpikir panjang mereka setuju.
Suami istri petani itu kemudian menanam biji-biji mentimun
itu. Setiap hari mereka merawat tanaman yang mulai tumbuh itu dengan
sebaik mungkin. Berbulan-bulan kemudian tumbuhlah sebuah mentimun
berwarna keemasan.
Buah mentimun itu semakin lama semakin besar dan berat.
Ketika buah itu masak, mereka memetiknya. Dengan hati-hati mereka
memotong buah itu. Betapa terkejutnya mereka, di dalam buah itu mereka
menemukan bayi perempuan yang sangat cantik. Suami istri itu sangat
bahagia. Mereka memberi nama bayi itu Timun Mas.
Tahun demi tahun berlalu. Timun Mas tumbuh menjadi gadis
yang cantik. Kedua orang tuanya sangat bangga padanya. Tapi mereka
menjadi sangat takut. Karena pada ulang tahun Timun Mas yang ke-17, sang
raksasa datang kembali. Raksasa itu menangih janji untuk mengambil
Timun Mas.
Petani itu mencoba tenang. “Tunggulah sebentar. Timun Mas
sedang bermain. Istriku akan memanggilnya,” katanya. Petani itu segera
menemui anaknya. “Anakkku, ambillah ini,” katanya sambil menyerahkan
sebuah kantung kain. “Ini akan menolongmu melawan Raksasa. Sekarang
larilah secepat mungkin,” katanya. Maka Timun Mas pun segera melarikan
diri.
Suami istri itu sedih atas kepergian Timun Mas. Tapi mereka
tidak rela kalau anaknya menjadi santapan Raksasa. Raksasa menunggu
cukup lama. Ia menjadi tak sabar. Ia tahu, telah dibohongi suami istri
itu. Lalu ia pun menghancurkan pondok petani itu. Lalu ia mengejar Timun
Mas ke hutan.
Raksasa segera berlari mengejar Timun Mas. Raksasa semakin
dekat. Timun Mas segera mengambil segenggam garam dari kantung kainnya.
Lalu garam itu ditaburkan ke arah Raksasa. Tiba-tiba sebuah laut yang
luas pun terhampar. Raksasa terpaksa berenang dengan susah payah.
Timun Mas berlari lagi. Tapi kemudian Raksasa hampir
berhasil menyusulnya. Timun Mas kembali mengambil benda ajaib dari
kantungnya. Ia mengambil segenggam cabai. Cabai itu dilemparnya ke arah
raksasa. Seketika pohon dengan ranting dan duri yang tajam memerangkap
Raksasa. Raksasa berteriak kesakitan. Sementara Timun Mas berlari
menyelamatkan diri.
Tapi Raksasa sungguh kuat. Ia lagi-lagi hampir menangkap
Timun Mas. Maka Timun Mas pun mengeluarkan benda ajaib ketiga. Ia
menebarkan biji-biji mentimun ajaib. Seketika tumbuhlah kebun mentimun
yang sangat luas. Raksasa sangat letih dan kelaparan. Ia pun makan
mentimun-mentimun yang segar itu dengan lahap. Karena terlalu banyak
makan, Raksasa tertidur.
Timun Mas kembali melarikan diri. Ia berlari sekuat tenaga.
Tapi lama kelamaan tenaganya habis. Lebih celaka lagi karena Raksasa
terbangun dari tidurnya. Raksasa lagi-lagi hampir menangkapnya. Timun
Mas sangat ketakutan. Ia pun melemparkan senjatanya yang terakhir,
segenggam terasi udang. Lagi-lagi terjadi keajaiban. Sebuah danau lumpur
yang luas terhampar. Raksasa terjerembab ke dalamnya. Tangannya hampir
menggapai Timun Mas. Tapi danau lumpur itu menariknya ke dasar. Raksasa
panik. Ia tak bisa bernapas, lalu tenggelam.
Timun Mas lega. Ia telah selamat. Timun Mas pun kembali ke
rumah orang tuanya. Ayah dan Ibu Timun Mas senang sekali melihat Timun
Mas selamat. Mereka menyambutnya. “Terima Kasih, Tuhan. Kau telah
menyelamatkan anakku,” kata mereka gembira.
Sejak saat itu Timun Mas dapat hidup tenang bersama orang tuanya. Mereka dapat hidup bahagia tanpa ketakutan lagi.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar